Bermaksud memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-67, kami mencari jejak mobil bersejarah yang menjadi saksi di awal kemerdekaan negara ini. Kami pun menelusuri ke berbagai sumber untuk melacak keberadaan mobil-mobil tersebut.
Akhirnya mobil saksi kemerdekaan itu ditemukan. Yang mengagumkan adalah mobil-mobil ini masih dalam kondisi terawat baik dan bisa jalan. Sungguh kagum kala pertama kali menjumpainya. Kemewahannya masih terpancar dan tampak gagah walau sudah berumur puluhan tahun.
Terbayang di kepala kami, ketika mobil-mobil ini masih digunakan di masa awal kemerdekaan dulu oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Terbayang pula, mobil-mobil mewah itu bisa datang ke Indonesia padahal kala itu, Indonesia sedang mengalami masa sulit dan baru merdeka.
Mobil pertama yang digunakan Bung Karno ketika menjabat menjadi presiden pertama Republik Indonesia adalah Buick Eight Series 90 produksi 1939. Kini, mobil ini disimpan di Gedung Joang, Jakarta Pusat.
Mobil ini semula milik pembesar Jepang yang kemudian diambil oleh rekan-rekan Bung Karno di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 1945. PPKI terpaksa mengambil mobil pembesar Jepang karena panitia tidak mempunyai dana untuk membeli mobil dinas untuk presiden.
Setelah diambil, mobil itu langsung dibawa ke rumah Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Selama 1945, Bung Karno hanya memakai mobil tersebut. Barulah di tahun-tahun berikutnya mobil kepresidenan bertambah. Sebagian mobil didapat dari pemberian negara lain. Tetapi beberapa mobil ada yang hilang tak ketahuan rimbanya.
Setelah Bung Karno turun dari singgasana kepresidenan, seluruh kendaraan dinas itu disimpan di Sekretariat Negara yang terletak di Istana Negara. Jumlahnya pun mencapai puluhan unit. Tapi karena dibiarkan begitu saja, beberapa mobil kondisinya sangat memprihatinkan.
Sebagai mobil bekas Presiden Soekarno yang mempunyai pengaruh di mata dunia, pastinya mobil ini sangat bersejarah. Selain itu mobil eks kepresidenan sangat mewah sehingga bernilai tinggi. Bahkan isu yang merebak pada saat itu, mobil tersebut akan dijual ke Amerika.
Apa jadinya kalau mobil tersebut dijual, pastinya Indonesia bakal kehilangan sejarah yang sempat harum di mata dunia. Akhirnya Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) yang dimotori oleh Solihin GP, berinisiatif untuk merawat sebagai warisan sejarah.
Pada 12 Oktober 1986 PPMKI mengajukan permohonan kepada Sekretariat Negara untuk meninjau mobil-mobil eks Bung Karno di gudang Istana Bogor. Di sana terdapat 23 kendaraan eks presiden yang tidak terawat.
Kami berhasil mendapatkan empat mobil eks kepresidenan yang kondisinya baik dan layak jalan. Termasuk Buick Super 1949, Chrysler Imperial Ghia Parade Limousine 1959, Chrysler Windsor Limousine 1947, dan Chrysler Crown Imperial Limousine 1954. Simak sepenggal cerita bersejarahnya.
Chrysler Crown Imperial Limousine 1954 Mobil dengan merek Chrysler Crown Imperial Limousine 1954 produksi 1954 milik Yudi Tamara ini bekas digunakan Presiden Soekarno. Mobil dengan model limousine ini digunakan Presiden Soekarno pada 1963-1964. Mobil ini digunakan untuk keperluan kenegaraan seperti untuk menjemput tamu negara dan mobil operasional Bung Karno. Mobil ini didapat dari Presiden Yugoslavia, Joseph Bross Tito. Mobil ini unik dan salah satu mobil koleksi karena hanya diproduksi 50 unit di dunia. “Saat saya terima mobil ini, kondisinya masih orisinil. Seperti cat bodi dan interior. Jarak tempuh baru 9 ribu kilometer. Sekarang jarak tempuh mobil ini sudah mencapai 20 ribu kilometer. Saya mendapat mobil ini dari lelang Sekretariat Negara pada 1988,” ujar Yudi Tamara. Mobil ini mempunyai mesin 8 silinder, OHP HEMI dengan kapasitas 7.500 cc. Mesin itu dipasangkan dengan transmisi otomatis 2 percepatan. Mobil ini dilengkapi fitur seperti dengan rem cakram, power steering, power window, AC dan heater serta radio. Mobil ini memiliki tenaga lebih dari 200 dk. |
|
Chrysler Windsor Limousine 1947 Chrysler Windsor Limousine 1947 ini digunakan sebagai salah satu mobil pengantar KTT Non-blok pada era Presiden Soekarno. Uniknya mobil ini mempunyai kaca pemisah di antara sopir dan penumpang belakang (divinder window). Fungsinya agar sopir atau pengawal, tidak bisa mendengarkan pembicaraan penumpang belakang. Mobil ini dipakai Jenderal Soedirman untuk tugas kenegaraan. Soekarno memberikan mobil khusus untuk Soedirman, karena mobil ini berbeda dengan kendaraan presiden lainnya yaitu memiliki divinder window itu. Kenyamanan langsung terasa ketika kami duduk di bangku belakang. Interiornya masih terjaga apik. Di sisi kanan dan kiri, tersedia asbak dan yang unik mobil ini sudah dilengkapi AC double blower yang membuat nyaman penumpangnya. Selain itu, kami pun mencoba fungsi divinder window itu. Dengan kondisi kaca tertutup, apakah sopir bisa mendengar pembicaraan penumpang belakang. Alhasil walau sudah berusia puluhan tahun, tetapi peredaman suara fitur tersebut masih berfungsi dengan baik. Pembicaraan penumpang belakang tidak terdengar sampai ke depan. Kondisi Chrysler Windsor Limousine 1947 ini tergolong baik. Catnya masih orisinil dan mulus. Ketika mesin dihidupkan, suaranya pun masih terdengar halus. |
|
Chrysler Imperial Ghia Parade Limousine 1959 Sebagai mobil dengan kegunaan khusus, Chrysler hanya memproduksi 6 unit. Tetapi mobil yang digunakan Bung Karno ini tersebut hanya 1 di dunia. Soalnya, karoserinya secara khusus dipesan untuk Bung Karno. Nama karoserinya adalah Ghia Torino. Dahulu mobil ini digunakan untuk memeriksa barisan pada saat upacara atau acara kemiliteran. Selain itu, mobil ini juga digunakan untuk menyambut beberapa tamu negara. Antara lain, pada 15 Oktober 1962 Presiden Soekarno menyambut Presiden Meksiko. Lalu pada 26 November 1962, mobil ini digunakan Presiden Soekarno dengan Pangeran Norodom Sihanouk di Jakarta. Pada 12 Januari 1963, digunakan Presiden Soekarno bersama Presiden Cekoslovakia. Menariknya mobil ini mempunyai teknologi canggih di eranya. Termasuk atap mobil bisa terbuka secara otomatis, foot step di sisi pintu yang bisa keluar-masuk otomatis dan digunakan sebagai pijakan pengawal presiden. Lalu ada power window, power steering, cool box (kulkas kecil) dan jump seat yang berfungsi sebagai tempat duduk pengawal yang dapat dilipat. Chrysler Imperial Ghia Parade Limousine 1959 ini keluar pada saat acara kenegaraan seperti memperingati 17 Agustus. Seperti pada saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pertama kali menjabat sebagai Presiden RI, sekaligus memperingati hari kemerdekaan RI. |
|
Buick Super 1949 Mendengar riwayat Buick Super 1949 ini, menjadikannya saksi bisu sejarah pasca kemerdekaan. Salah satu sejarahnya yaitu mobil ini pernah mengantar keluarga Presiden Soekarno pada 29 Desember 1949 meninggalkan Yogyakarta menuju Jakarta. Setelah agresi II, perang kemerdekaan berakhir kedaulatan negara dan pemerintahan pulih kembali. Setelah itu, mobil ini dijadikan kendaraan dinas untuk Perdana Menteri RI. Bicara mobil ini dengan Perdana Menteri, berkaitan erat dengan Dudung. Nama aslinya Abdul Rasjip, pada waktu itu ia sebagai supir pribadi dari tujuh Perdana Menteri dengan menggunakan Buick Super 1949. Dudung merupakan sopir kabinet sejak 1950-1968. Dengan kata lain, ia mengendarai mobil ini selama 18 tahun. Orang yang disupiri antara lain Ir. Djuanda, Ali Sastroamidjojo, Mohammad Natsir, Dr. Sukiman, Wilopo, Burhanuddin Harahap, Dr. Subandrio. Selain itu, Buick Super 1949 merupakan satu-satunya mobil kepresidenan dengan format setir kanan. “Mobil ini merupakan pesanan khusus dari Bung Karno. Pada 1949, mungkin jarang yang ada mobil yang setir kanan. Mempunyai mobil eks Soekarno merupakan keberuntungan seumur hidup,” jelas Tri Dharma, pemilik Buick Super 1949. Tri Dharma mendapat mobil ini dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Ia membangun mobil ini dengan rasa bangga dan ia berhasil merawatnya dengan baik hingga kini dan bisa dijalankan. “Mobil ini kalau keluar hanya acara kenegaraan, itu juga kalau benar-benar penting. Buick Super 1949 tidak akan saya jual karena sebagai saksi sejarah Indonesia. Kalau saya sudah meninggal, mobil ini turun ke anak saya,” ungkap Tri. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar