Komando
Pasukan Khusus (Kopassus), dulunya
Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), dilatih untuk mengumpulkan
data intelijen, berbagai
teknik operasi khusus, sabotasi, dan
pendaratan lewat udara dan air. Didirikan pada tanggal 16 April 1952,
Kopassus dirombak
dan dikecilkan jumlahnya di tahun
1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang.
Mereka, yang dapat
dengan mudah dikenali karena baret
merahnya, dibagi dalam dua grup operasi dan satu grup pelatihan.
Pada
tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990
Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang. Dengan
bermarkas besar
di Cijantung, Jakarta Timur,
Kopassus berkembang menjadi lima grup, dimana Group IV secara khusus
menangani operasi intelijen
bersama dengan Satuan Gabungan
Intelijen (SGI) Kopassus.
Sekitar
tahun 2001, Kopassus merampingkan
organisasinya menjadi 5.000 personel dengan pembagian sebagai berikut:
-
Group
1 Para Komando (Taktakan, Serang, Banten) - 3 batalyon
-
Group
2 Para Komando (Kandang Menjangan, Kartasura, Solo) - 3 batalyon
-
Group
3 Sandi Yudha / Intelijen (Cijantung, Jakarta)
-
(1)
Batalyon Parako (terpisah) (Semplak, Bogor)
-
(1)
Detasemen Markas Komando (Cijantung, Jakarta)
-
-
Pusat
Pendidikan Pasukan Khusus / Pusdikpassus (Batujajar, Bandung)
Kopassus
adalah kekuatan elite yang selalu
mengutamakan jumlahnya yang sedikit dan kemampuannya untuk melakukan
penyerangan secara
cepat. Mereka telah terjun dalam
berbagai operasi militer di wilayah Indonesia yang keamanannya sedang
tidak terjamin. Unit
Kopassus terlibat dalam operasi
pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981.
Beberapa anggota Kopassus
juga telah mendaki puncak Gunung
Everest di tahun 1997.
|
|
The
Special Forces Command (KOPASSUS), formerly called the Sandi Yudha
Forces Command and KOPASSANDHA
(which also means Special Forces
Command), are trained in intelligence gathering, a variety of special
operations techniques,
sabotage, and airborne and seaborne
landings. Founded on 16 April 1952, KOPASSUS was reorganized and reduced
in size in 1985,
and by 1992 KOPASSUS forces numbered
some 2,500 army personnel identifiable by their distinctive red berets
organized into
two operational groups and one
training group.
By the late
1990s KOPASSUS numbered some 6,000-strong, an increase in the number of
troops, but below
that of 1985. Headquarters at
Cijantung, East Jakarta, KOPASSUS had expanded to five Groups, with
Group IV specifically handling
intelligence operations along with
the KOPASSUS Joint Intelligence Unit [SGI].
Circa year 2001, Kopassus reorganizes its personnels into some 5,000-strong forces. The new organization
is as follows:
- Group 1 Para Commando (Taktakan, Serang, Banten) with 3 batallions
- Group 2 Para Commando (Kandang Menjangan, Kartasura, Solo) with 3 batallions
- Group 3 Intelligence (Cijantung, Jakarta)
- (1) Para Commando batallions (independent) (Semplak, Bogor)
- (1) HQ Detachment (Cijantung, Jakarta)
- (1) Unit-81 Anti-Terrorists (Cijantung, Jakarta)
- Pusdikpassus / Special Forces Training Center (Batujajar, Bandung)
KOPASSUS
is considered to be an elite force that has traditionally emphasized
its small size and its quick-strike
potential. It has been involved in numerous military actions in response
to internal Indonesian
unrest. KOPASSUS units were involved
in 1981 in freeing the hostages from the "Woyla," the Garuda Airline
plane hijacked by
followers of Imran, leader of an
Islamic splinter movement in West Java. KOPASSUS members climbed Mount
Everest in 1997.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar